Periset Cari Cara Hentikan Kebiasaan Merokok

Jum'at, 29 Mei 2015 - 18:52 WIB
Periset Cari Cara Hentikan...
Periset Cari Cara Hentikan Kebiasaan Merokok
A A A
WASHINGTON - Sudah bukan rahasia lagi kalau penggunaan tembakau jenis apa pun tidaklah sehat. Tapi, bagi sebagian besar orang, sulit menghentikan kebiasaan mengonsumsi tembakau. Ini karena sebagian besar dari mereka memulai kebiasaan ini sejak remaja dan karena tembakau mengandung nikotin.

Nah, lewat Hari Tanpa Tembakau Dunia yang jatuh pada 31 Mei ini diharapkan agar para perokok memikirkan mengenai kebiasaan ini. Dan, juga berusaha berhenti mengonsumsi tembakau setidaknya selama 24 jam.

“Nikotin itu sangatlah bersifat candu, obat yang sangat kuat,” ujar Kimberly Horn dari George Washington University, seperti dikutip Voice of America (VOA).

Menurut Horn, remaja cenderung menggunakan lebih dari bentuk tembakau. Bisa saja rokok, cerutu kecil, atau tembakau non-asap. Remaja yang merokok biasanya menggunakan rokok elektrik (e-cig), yang juga mengirimkan nikotin. “Makin banyak nikotin yang saya isap, makin kecanduanlah saya, kian susah bagi saya untuk berhenti,” ujar dia.

Sejauh ini, belum ada teknik berhenti merokok yang berhasil pada semua orang. Sebagian orang mencoba rokok elektrik untuk membantu mereka berhenti. Salah satunya adalah Cici.

“Setelah bertahun-tahun merokok, saya jadi tidak suka bau asap. Saya tidak suka sampah puntung rokok. Saya tidak suka rasa yang ditinggalkannya di mulut saya. Dan, saya tidak suka fakta bahwa orang lain akan terganggu dengan asap tembakau,” papar Cici kepada VOA.

Beberapa kajian memperlihatkan perlengkapan elektronik itu bisa berhasil pada sejumlah orang, tapi tidak pada orang lain. Terapi perilaku dan pengobatan yang mengurangi kecanduan nikotin bisa membantu.

Nancy Rigotti dan periset lain merancang sebuah program sederhana untuk membantu perokok berhenti sementara mereka berada di rumah sakit dan bebas dari asap rokok setelah mereka keluar. Pasien diberi tempelan nikotin atau obat dan bimbingan di rumah sakit yang diikuti dengan dukungan setelah mereka pergi dari rumah sakit.

“Kami tahu bahwa pengobatan itu bekerja dan bimbingan juga bekerja, tapi keduanya bekerja dengan lebih baik bersama ketimbang sendiri-sendiri,” ujar Rigotti.

Sekitar 70% perokok dalam program itu masih bebas rokok enam bulan sejak meninggalkan rumah sakit.

Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan organisasi swasta telah melakukan kampanye antirokok sejak 1964. Sebuah kajian dari Yale School of Public Health menemukan mereka yang berhenti merokok selama periode itu memiliki peningkatan harapan hidup sebesar 30%.

Theodore Holford, salah satu penulis kajian ini, menyatakan, dia dan rekan-rekannya yang mengkaji tembakau punya nasihat bagi para nonperokok. “Orang yang mempertimbangkan merokok seharusnya tidak perlu mempertimbangkannya sama sekali,” tutur dia.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0707 seconds (0.1#10.140)